Dasar dasar Psikoakustik
Bunyi dapat di pandang sebagai gelombang mekanik yang
berosilasi di udara atau medium lain nya.Dalam hal ini ,bunyi di pandang
sebagai stimulus atau perangsang.
Bunyi juga dapat di pandang sebagai mekanisme pendengaran
yang di terjemahkan oleh otak kita sebagai suara.Dalam hal ini ,bunyi di
pandang sebagai reaksi terhadap rangsangan.
Di dalam audio engineering, kita wajib mempelajari bagaimana
reaksi mekanisme pendengaran kita terhadap rangsangan bunyi.Dan ini lah yang di
sebut sebagai Psikoakustik.
Hal tersebut di pandang penting, karena semua teknologi tata
suara di ciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.Secara garis besar, telinga
manusia mendengar bunyi secara LOGARITMIK bukan LINIER.
Mendengar (Hearing)
Manusia normal memiliki Panca (lima) Indera, sebagai Anugrah
dari Tuhan.
1.Indera pendengaran (Telinga)
2.Indera peraba (Kulit)
3.Indera pengecap (Lidah)
4.Indera penciuman (Hidung)
5.Indera penglihatan (Mata)
Berdasarkan kemampuan reaksi nya, maka Indera manusia di kelompok
kan menjadi tiga kelompok :
1. Kemoreseptor
Kemoreseptor
adalah alat Indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu Indera
penciuman (Hidung) dan Indera pengecap (Lidah).
2. Mekanoreseptor
Mekanoreseptor
adalah alat Indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat, tekanan suara
dan tekanan yakni Indera peraba (kulit) dan Indera pendengaran (kuping).
3. Fotoreseptor
Fotoreseptor
adalah alat Indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya yaitu Indera
penglihatan atau mata.
Kelima Indera
tersebut adalah Anugrah dari Tuhan, dan kita harus menjaga nya dengan baik
termasuk men JAGA KESEHATAN TELINGA KITA!!!
Dalam
pengelompokan di sebut bahwa telinga adalah kelompok mekanoreseptor, artinya
telinga kita akan merespon terhadap perubahan tekanan udara yang di sebabkan
oleh gelombang mekanik.
Tekanan suara
merupakan gelombang mekanik yang merambat melalui suatu medium dan dalam hal
ini kita anggap medium tersebut adalah udara.
Telinga merespon
gelombang mekanik tersebut dan merubah nya menjadi sinyal elektrik untuk di
teruskan ke sistem otak kita.Proses ini di sebut dengan Auditory Transduction
Organ telinga
secara garis besar di bagi menjadi tiga :
1.Telinga bagian
luar
2.Telinga bagian
tengah
3.Telinga bagian
dalam
Ketiga bagian
tersebut memiliki fungsi yang berbeda beda namun sebagai satu kesatuan yang tak
bisa di pisahkan.Jika terjadi kerusakan pada salah satu bagian, maka akan
menyebabkan mekanisme pendengaran kita tidak bekerja.
Untuk mengerti
lebih detail cara kerja telinga kita dalam merespon bunyi saya sarankan untuk
menonton video animasi, di bawah ini adalah link nya :
Loudness dan Frekuensi
Loudness adalah parameter subyektif untuk menjelaskan respon
telinga manusia terhadap tekanan suara.
Pada tahun 1933, dua orang ilmuwan dari Bell Laboratories ,Harvey
Fletcher & Wilden Munson, memberikan jurnal hasil penelitian nya pada
Journal Acoustical Society of America.
Di dalam jurnal tersebut di jelaskan bahwa sensitifitas
telinga manusia tidak sama terhadap masing masing frekuensi dan telinga manusia
ternyata lebih sensitif terhadap frekuensi tengah (middle frequency) di
bandingkan dengan frekuensi rendah dan tinggi (Low & Hi Frequency).
Jurnal tersebut kemudian di kenal dengan sebutan Fletcher & Munson Curves yang di
tuangkan dalam Equal Loudness Contour untuk
pertama kali nya pada tahun 1937.
Di bawah ini adalah gambar dari Equal Loudness Countour :
Pada tahun 1956 hal tersebut di kembangkan lagi oleh dua
orang ilmuwan ; Robinson & Dadson.Pengulangan di tujukan untuk memperbaiki
metode uji coba yang sebelumnya di lakukan menggunakan headphone dan
menggantikan nya dengan satu loudspeaker pada ruangan Anechoic Chamber.
Hasilnya terdapat beberapa perubahan pada Fletcher &
Munson Curves.
Dan pada tahun 1987 ISO (International Standart
Organization) melakukan revisi terhadap Equal Loudness Contour, yang di beri
nama ISO 226:1987.
Pada 15 Agustus 2003, ISO (International Standart
Oragnization) menyetujui sebuah standart baru untuk Equal Loudness
Contour.Standart ini di buat berdasarkan hasil penelitian kerja sama secara
Internasional yang melibatkan Negara Jerman, Denmark, Jepang, Inggris, dan
Amerika.Jepang tercatat sebagai penyumbang data terbanyak yaitu sebesar 40 %
dari total data yang di terima.
Standart ini kemudian di kenal dengan sebutan ISO 226:2003.
Di bawah ini adalah gambar dari hasil ISO 226:2003 yang di
komparasikan dengan standart ISO 226:1987:
Di bawah ini adalah gambar komparasi dari ISO 226:2003
dengan Fletcher & Munson Curve dan juga Robinson & Dadson.
Di dalam “equal loudness contours” terdapat parameter Phon.
Phon adalah tekanan suara (SPL) pada tone 1KHz , yang di gunakan
sebagai referensi terhadap frekuensi yang lain.
Oktaf
Oktaf adalah fenomena yang terjadi pada mekanisme
pendengaran manusia yang memiliki relasi terhadap frekuensi.Di mana pada
kelipatan dua dari suatu frekuensi ,telinga manusia mendengar nya sebagai nada
yang sama.
Jadi ,jika pada frekuensi 440 Hz kita mendengar nya sebagai
nada A, maka pada frekuensi 880 Hz kita juga akan mendengar nya sebagai nada A.
Di dalam musik, hal tersebut di katakan sebagai satu oktaf
lebih tinggi.
Bandwidth
Bandwidth adalah jarak dari satu frekuensi ke frekuensi lain
nya atau di sebut juga sebagai lebar frekuensi, dan di nyatakan dalam Hertz.
Loudness and Bandwidth
Pada noise dengan SPL yang sama tetapi bandwidth nya
berbeda, ternyata telinga memiliki perspektif loudness lebih keras pada noise
dengan bandwidth yang lebar.Artinya perspektif loudness pada telinga manusia
juga di pengaruhi oleh bandwidth.Hal ini di teliti oleh Harvey Fletcher pada
tahun 1940 ,di kenal sebagai Critical
Band.Yaitu menentukan seberapa batas minimum lebar frequency(bandwidth)
pada noise ,hingga telinga manusia mendengar perubahan loudness.
Bandwidth untuk Critical Band juga variatif terhadap
frequency, semakin tinggi frequency maka semakin lebar bandwidth nya.
“One Third Octave” atau 1/3 octave Graphic Equalizer di
gunakan karena “filter bandwidth” nya menggunakan pendekatan “Critical Band”
untuk mekanisme pendengaran kita.Di mana pendengaran kita bersifat logaritmik.
Dan dari 20Hz-20KHz ,jika di bagi 1/3 octave maka akan
memiliki 31 band, itu lah kenapa Graphic EQ memiliki 31 “slide fader”
1/3 octave adalah 23.2% dari “center frequency” dan Critical
Band adalah 17% dari center frequency
Sesuai standart dari ISO, center frequency untuk spectrum
adalah :
20Hz, 25Hz, 31.5Hz,
40Hz, 50Hz, 63Hz,
80Hz, 100Hz, 125Hz
160Hz, 200Hz, 250Hz,
315Hz, 400Hz, 500Hz,
630Hz, 800Hz, 1kHz,
1.25kHz, 1.6kHz, 2kHz,
2.5kHz, 3.15kHz, 4kHz,
5kHz, 6.3kHz, 8kHz,
10kHz, 12.5kHz, 16kHz,
20kHz.
Batas perubahan loudness yang bisa di dengar
Tone pada frekuensi 1 KHz, dengan tekanan suara (SPL) yang
rendah, perubahan sebanyak 3dB adalah jumlah minimum yang bisa di deteksi oleh
telinga manusia.
Jika perubahan tekanan suara di bawah 3dB,maka mekanisme
pendengaran kita tidak bisa merasakan adanya perubahan loudness.Tapi dengan
tekanan suara (SPL) yang tinggi, telinga kita bisa mendeteksi perubahan
sebanyak 0.25dB.
Tone pada 35 Hz, dengan tekanan suara yang rendah,
membutuhkan perubahan sebanyak 9dB agar telinga kita bisa mendeteksi perubahan
loudness.
Karena sifat mekanisme pendengaran telinga kita yang tidak
linier terhadap perubahan loudness dan frekuensi, sampai saat ini belum ada
parameter yang di anggap mampu mempresentasikan hal tersebut.
Namum ada satu anggapan bahwa perubahan rata rata tekanan
suara sebanyak 3dB adalah jumlah minimum yang bisa di deteksi oleh telinga
manusia.
Satu hal yang perlu di perhatikan bahwa mekanisme
pendengaran manusia bersifat LOGARITMIK bukan LINIER.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan mohon maaf jika terdapat kesalahan.
Thanks informasinya....
ReplyDeleteThanks informasinya....
ReplyDelete